Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 11; Matius 11; Yoel 1-3
Maret lalu, Gubernur New York, Eliot Spitzer mundur dari jabatannya karena skandal seksnya dengan pelacur kelas atas berusia 22 tahun terbongkar oleh media dan diekspos kepada publik.
Rakyat negara bagian itu, yang membayar pajak untuk mengaji Elliot sebagai "figur", boleh saja kecewa berat. Begitu pula pejabat yang ada di jajaran pemerintahannya. Mungkin Kristin, sang pelacur yang foto-fotonya mendadak populer di internet, juga kecewa. Demikian pula mereka yang terlibat sindikat pelacuran yang bisnisnya terancam karena polisi mengusutnya.
Namun, orang yang paling menderita sepanjang peristiwa pahit ini tentunya buka Elliot sendiri. Tak perlu diragukan, istrinyalah, Silda Splitzer, yang menjadi korban utama dari kejadian ini. Bayangkan sakitnya dikhianati pasangan Anda.
Banyak orang, khususnya kaum perempuan, terheran-heran ketika melihat Silda rela mendampingi suaminya naik ke mimbar saat suaminya mengumumkan untuk mundur dari jabatannya. Mereka dibuat bengong ketika Silda bersikeras untuk tetap memihak suaminya, bukannya menuntut cerai. "Apa alasannya?" tanya mereka.
Barangkali malu, atau tak berdaya, atau bisa juga cinta. Jika alasan ketiga ini yang benar, maka betapa besarnya hati Silda sampai mau menerima Elliot kembali. Kita takkan pernah tahu ia tulus atau tidak, tapi tindakan Silda menunjukkan apa yang diajarkan Tuhan soal pengampunan. Oleh karena itu, kita tidak perlu kasihan, kita justru perlu meneladani Silda.
Selama ego masih menyala, hidup sendiri jauh lebih mudah daripada hidup bersama.